Jangan Anggap Remeh Serangan Panik
A
A
A
JAKARTA - Serangan panik atau panick attack bisa menyerang siapa saja. Umumnya, kondisi ini datang saat seseorang menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Namun, pastikan serangan panik tidak datang secara terus menerus tanpa sebab. Pasalnya, kondisi ini menandakan adanya gangguan psikologis.
Serangan panik atau yang termasuk dalam gangguan panik hadir dengan frekuensi bervariasi mulai, sering hingga berbulan-bulan. Dalam sejumlah kasus, serangan panik bisa terjadi pada gangguan anxietes atau teror lainnya seperti pada fobia dan gangguan stres pascatrauma.
Dilansir Health, psikolog klinis di Smithtown New York Peter Kanaris PhD menjelaskan serangan panik bisa terjadi secara tiba-tiba. Ketika terjadi serangan, akan muncul sensasi fisik yang meresahkan seperti, sakit dada, gemetar, pusing dan seolah-olah anggota badan akan mati rasa atau kesemutan.
"Pada beberapa orang muncul perasaan takut mati, kehilangan kontrol, atau takut menjadi gila. Ketika serangan panik datang, penderitanya mungkin akan merasa bahwa serangan itu seperti tidak ada habis-habisnya, seperti akan berlangsung selamanya," kata Peter.
Umumnya saat panik, otak akan memberikan perintah untuk hadapi atau lari. Namun berbeda dengan serangan panik. Hal tersebut tidak terjadi dan Anda seperti tidak mampu melawan. "Meski terasa lama, sebenarnya serangan panik hanya berlangsung sekitar setengah jam dan mencapai puncak dalam waktu 10 menit. Jarang ada yang berlangsung lebih dari satu jam," jelas dia.
Psikolog di Manhattan Greg Kushnick Psy D menilai, faktor-faktor tertentu seperti genetika atau transisi kehidupan, bisa menjadi salah satu penyebab meningkatkan peluang seseorang mengalami serangan panik. Selain itu, serangan panik juga bisa terjadi dari kombinasi faktor internal dan eksternal.
"Misalnya, mungkin Anda punya kecenderungan genetik untuk mudah cemas atau mengalami gangguan suasana hati. Kemudian, kecenderungan ini berubah menjadi serangan panik ketika Anda menghadapi situasi yang menurut Anda tidak nyaman," ungkap Greg.
Serangan panik atau yang termasuk dalam gangguan panik hadir dengan frekuensi bervariasi mulai, sering hingga berbulan-bulan. Dalam sejumlah kasus, serangan panik bisa terjadi pada gangguan anxietes atau teror lainnya seperti pada fobia dan gangguan stres pascatrauma.
Dilansir Health, psikolog klinis di Smithtown New York Peter Kanaris PhD menjelaskan serangan panik bisa terjadi secara tiba-tiba. Ketika terjadi serangan, akan muncul sensasi fisik yang meresahkan seperti, sakit dada, gemetar, pusing dan seolah-olah anggota badan akan mati rasa atau kesemutan.
"Pada beberapa orang muncul perasaan takut mati, kehilangan kontrol, atau takut menjadi gila. Ketika serangan panik datang, penderitanya mungkin akan merasa bahwa serangan itu seperti tidak ada habis-habisnya, seperti akan berlangsung selamanya," kata Peter.
Umumnya saat panik, otak akan memberikan perintah untuk hadapi atau lari. Namun berbeda dengan serangan panik. Hal tersebut tidak terjadi dan Anda seperti tidak mampu melawan. "Meski terasa lama, sebenarnya serangan panik hanya berlangsung sekitar setengah jam dan mencapai puncak dalam waktu 10 menit. Jarang ada yang berlangsung lebih dari satu jam," jelas dia.
Psikolog di Manhattan Greg Kushnick Psy D menilai, faktor-faktor tertentu seperti genetika atau transisi kehidupan, bisa menjadi salah satu penyebab meningkatkan peluang seseorang mengalami serangan panik. Selain itu, serangan panik juga bisa terjadi dari kombinasi faktor internal dan eksternal.
"Misalnya, mungkin Anda punya kecenderungan genetik untuk mudah cemas atau mengalami gangguan suasana hati. Kemudian, kecenderungan ini berubah menjadi serangan panik ketika Anda menghadapi situasi yang menurut Anda tidak nyaman," ungkap Greg.
(tdy)